Wednesday, 12 November 2008

SAMA RATA

Banyak hal yang sering terlupakan sebagai suatu bangsa yang majemuk. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika semua warga dari Sabang sampai Merauke semestinya berhak mendapat perlakuan yang sama, mendapatkan fasilitas yang sama dan sama-sama berhak untuk maju dan berkembang. Tapi yang sekarang ini menjadi pertanyaan adalah apakah sekarang ini pemerintah sudah memberikan fasilitas ataupun sarana prasarana yang dapat menunjang peningkatan taraf hidup terutama pendidikan.
Realita yang kita lihat sekarang ini adalah pemerintah hanya memperhatikan wilayah-wilayah yang ada di depan mata saja. Di kota-kota besar seperti Jakarta banyak sekali sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas memadai bahkan yang bertaraf internasional, akan tetapi semua itu memerlukan biaya yang menguras kantong. Kita mengetahui bahwa tidak semua warga yang tinggal di Jakarta berpenghasilan tinggi. Di sana sering kita jumpai anak-anak yang seharusnya menikmati betapa menyenangkannya belajar di sekolah tapi mereka justru meminta-minta di sepanjang lampu merah. Mereka yang seharusnya duduk manis di bangku sekolah akhirnya harus bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi, untuk makan saja susah apalagi untuk membayar sekolah.

Gambaran singkat diatas hanya sebagian kecil dari fenomena yang terjadi di Indonesia. Jika mencoba meninjau lebih jauh lagi ke daerah-daerah yang ada di wilayah-wilayah terpencil seperti pedalaman Papua, Sumatera, atupun Kalimantan sedikit sekali sekolah yang berdiri. Diperparah lagi dengan kurangnya tenaga pengajar. Jarang sekali tenaga pengajar yang mau ditugaskan di daerah-daerah terpencil. Karena apa? Salah satu alasannya adalah karena fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sangat kurang. Padahal sering kita jumpai di media cetak ataupun elektronik bahwa pemerintah menaikkan anggaran untuk pendidikan. Tapi mana buktinya? Inilah pertanyaan yang jawabanya hanya bisa dijawab oleh mereka-mereka yang bertanggung jawab atas masalah ini.

Prinsip sama rata dalam memberikan perhatian bagi seluruh wilayah di Indonesia musti diterapkan. Prioritas memang penting. Namun, bukankah potensi-potensi itu bisa muncul di mana pun? Tinggal seberapa jeli kita menggali. Menyikapi ini semua, kita sebagai generasi muda penerus bangsa hanya bisa mendoakan dan berharap agar para pemimpin kita segera melakukan perubahan-perubahan berarti bagi negeri ini.

fatimah az zahra

No comments: